Beranda | Artikel
Mencintai Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam
Selasa, 8 November 2016

Khotbah Jum’at, Masjid Nabawi, 4 Shafar 1438 H

Oleh : Syekh Abdullah Bin Abdurahman Al-Bu’aijan

Penerjemah : Usman Hatim

Khotbah Pertama

Segala puji bagi Allah, kami memujiNya, memohon pertolongan-Nya dan ampunan-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari keburukan diri kami dan kejahatan perbuatan kami. Siapa yang Allah beri petunjuk, tidak akan ada orang yang menyesatkannya, dan siapa yang sesat jalan tidak akan ada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya. Akupun bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ [ آل عمران/102]

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada dengan sesungguhnya, dan janganlah kalian mati kecuali benar-benar sebagai orang-orang Islam (berserah diri)”.Qs Ali Imran : 102

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا [ النساء/1]

“Wahai umat manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian yan telah menciptakan kalian dari jiwa yang satu, dan menciptakan dari padanya pasangannya, lalu membiakkan dari keduanya lelaki dan wanita yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang kepadanNya kalian memohon, dan (jagalah) kekerabatan. Sesungguhnya Allah Maha mengawasi kalian”.Qs An-Nisa : 1

يَاأيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا [ الأحزاب / 70-71]

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Dia memperbaiki amal perbuatan kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Barangsiapa taat kepada Allah dan rasulNya, sungguh ia mendapatkan keberuntungan yang besar”.Qs Al-Ahzab : 70-71

Selanjutnya .. Aku berpesan kepada kalian wahai saudara2ku untuk selalu bertakwa. Ketakwaan merupakan kebahagiaan di dunia dan kesentosaan di akhirat.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ [ الأنفال/29]

“Wahai orang-orang yang beriman, jikalau kalian bertakwa kepada Allah, pastilah Allah akan menjadikan bagi kalian(kemampuan) membedakan (baik dan buruk), menghapus kesalahan-kesalahan kalian dan mengampuni (dosa-dosa) kalian. Allah memiliki anugerah yang besar”.Qs Al-Anfal:29

Wahai hamba Allah ! Allah memilih dan mengistimewakan nabi kita Muhammad –shallallahu alaihi wa sallam- atas seluruh umat manusia dan makhluk. Allah –subhanahu wa ta’ala- mengutusnya sebagai rahmat bagi seluruh alam, sebagai penutup para nabi dan rasul kepada umat ini, sekaligus sebagai saksi, pemberi kabar gembira dan peringatan serta penyeru ke jalan Allah atas izin-Nya bagaikan lentera yang menerangi jalan.

Allah memilihnya dari sebaik-baik garis keturunan di zaman dan tempat yang paling mulia. Allah membersihkannya dengan sifat dan akhlak paling sempurna, paling baik dan paling utama.

Allah mengistimewakannya atas seluruh makhluk ciptaan-Nya; melapangkan dadanya, mengharumkan sebutan namanya, menghapus dosa-dosa yang membebaninya dan menyeleksinya dalam segala hal.

Allah memilihnya dalam hal pemikirannya sebagaimana firmanNya:

مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى [ النجم:2]

“Tidaklah kawanmu (Muhammad) itu sesat dan tidak pula keliru”. Qs An-Najm:2

Allah memilihnya dalam hal akal budinya sebagaimana firmanNya:

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ [ القلم / 4 ]

“Dan sungguh engkau berakhlak yang agung”.Qs Al-Qalam:4

Allah memilihnya dalam hal kesantunannya sebagaimana firmanNya:

بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ [ التوبة/ 128 ]

“Terhadap orang-orang mukmin dia amat penyantun dan penyayang”.Qs At-Taubah: 128

Allah memilihnya dalam hal keilmuannya sebagaimana firmanNya :

عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَى [ النجم/ 5 ]

” Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat”. Qs An-Najm : 5

Allah memilihnya dalam hal kejujurannya sebagaimana firmanNya:

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى [ النجم/3 ]

“Dan tidaklah ia (Muhammad) berucap dari hawa nafsunya”.

Allah memilihnya dalam hal kelapangan hatinya sebagaimana firmanNya:

أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ [ الشرح/1 ]

“Tidakkah Kami melapangkan bagimu dadamu”.

Allah memilihnya dalam hal kejernihan nuraninya sebagaimana firmanNya:

مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى [ النجم/11]

“Tidaklah dusta hati nurani terhadap apa yang dilihat”. Qs An-Najm : 11

Allah memilihnya dalam hal sebutan namanya sebagaimana firmanNya:

وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ [ الشرح/4 ]

“Dan kami mengangkat untukmu sebutan namamu”.

Allah memilihnya dan ridha kepadanya sebagaimana firmanNya:

وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى [ الضحى/ 5 ]

“Dan Tuhanmu pasti akan memberimu sehingga engkau ridha”.

Allah –subhanahu wa ta’ala- menyejajarkan ketaatan dan kecintaan kepadaNya dengan ketaatan dan kecintaan kepada rasulNya. Maka untuk ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah hanyalah boleh dilakukan sesuai dengan yang Allah ajarkan melalui Nabi-Nya –shallallahu alaihi wa sallam-, karena untuk menuju surga hanyalah dengan menempuh jalur beliau.

Meneladani nabi merupakan jalan untuk mendapatkan petunjuk (hidayah) dan keselamatan bagi seseorang. Beliau adalah pemilik syafaat terbesar pada hari dimana setiap orang lari dari saudaranya, ibunya, ayahnya, istrinya dan anak-anaknya.

Sudah menjadi watak dasar dan akal sehat manusia bahwa kita mencintai seseorang yang akhlak dan sifat-sifatnya serba terpuji seperti itu.

Porsi terbanyak dan terlengkap di antara sifat-sifat dan akhlak terpuji tersebut ada pada pribadi Nabi kita Muhammad –shallallahu alaihi wa sallam-. Maka mencintai beliau merupakan keniscayaan yang mutlak adanya sebagai syarat sahnya keimanan seseorang. Firman Allah:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ [آل عمران/ 31 ]

“Katakanlah, jika kalian memang mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah cinta kepada kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian”. Qs Ali Imran: 31

Firman Allah pula:

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ [ التوبة/ 24]

“Jika memang ayah-ayahmu, anak-anak lelakimu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum kerabatmu, harta kekayaan yang kamu hasilkan, perniagaan yang kamu khawatir mengalami kerugian dan tempat tinggal yang menyenangkan hatimu, lebih kamu cintai dari pada Allah dan rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik”. Qs At-Taubah : 24

Qadhi Iyadh –rahimahullah- berkata: Fakta demikian itu cukup menjadi motivasi, peringatan, indikasi dan argumentasi atas keniscayaan cinta, kemutlakan cinta dan besarnya arti cinta kepada Nabi –shallallahu alaihi wa sallam – sebagai figur yang berhak dicintai.

Itulah sebabnya, Allah –subhanahu wa ta’ala- memberi peringatan keras kepada orang yang lebih mencintai hartanya, istrinya dan anak-anaknya dari pada Allah dan rasul-Nya. Firman Allah:

” ….  فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ …. “

“ …. maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya ….”,

lalu di penghujung ayat itu Allah menyatakan kefasikan pada orang tersebut dan menggolongkannya termasuk orang sesat jalan yang tidak terbimbing oleh petunjuk Allah.

” …..  وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ  “

“ ….. Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik”.

Disebutkan dalam Shahih Bukhari dari Abdullah Bin Hisyam –radhiyallahu anhu- berkata : “Kami pernah bersama Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- ketika beliau sedang menggandeng tangan Umar Bin Khattab –radhiyallahu anhu-, saat itu Umar berkata kepadanya : “Ya Rasulallah, sungguh engkau lebih aku cintai dari pada segalanya kecuali kepada diriku sendiri. Maka beliau mengatakan : “Tidak, demi Tuhan yang jiwaku ada di tangan-Nya, sampai aku lebih kamu cintai dari pada dirimu sendiri wahai Umar”. Maka Umar secara spontan (tanpa pikir panjang) menyatakan, “Sungguh sekarang demi Allah, Pastilah engkau lebih aku cintai dari pada diriku sendiri. Maka Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- bersabda : “Nah, barulah sekarang ini wahai Umar”.

Dari Anas –radhiyallahu anhu- berkata, Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- bersabda :

” لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ ” رواه البخاري

“Tidaklah beriman seseorang di antara kamu hingga aku lebih dicintainya dari pada orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia”. HR Bukhari.

Itu semua menjadi bukti nyata bahwa mencintai Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- merupakan prinsip keimanan dan kewajiban agama. Di sisi lain, membenci Nabi merupakan bukti kurangnya iman dan rusaknya keyakinan. Tegasnya, kesempurnaan cinta kepada Nabi identik dengan kesempurnaan keimanan, sedangkan kurangnya cinta kepada beliau merupakan bukti kurangnya keimanan.

Para hamba Allah! Cinta kepada Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- merupakan ketaatan (ibadah) yang dapat mendekatkan diri seseorang kepada Allah, suatu cinta yang diikat dengan pengamalan syariat, cinta yang memiliki bukti dan indikasi yang memperlihatkan hakikat makna cinta yang sejati.

مَنِ ادَّعَى مَحَبَّة الله وَلَمْ . . يَسِرْ عَلَى سُنَّةِ سَيّدِ الْأمَمِ

فَذَاكَ كَذَّابٌ أخُو مَلَاهِى . . كَذَّبَ دَعْوَاهُ كِتَاب اللهِ

“Siapa gerangan yang mengaku cinta kepada Allah .. sedangkan dirinya tidak menjalankan sunnah Pemimpin umat manusia”.

“Maka itulah pengakuan cinta palsu alias main-main .. itu identik dengan mendustakan Kitabullah “.

Salah satu bukti cinta kepada Nabi yang paling dominan ialah mengikuti sunnah dan berpegang teguh pada petunjuk beliau. Sebab suatu cinta pastilah membawa konsekuensi keselarasan dan peneladanan. Firman Allah:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ، وَاللهُ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ [آل عمران/ 31]

“Katakanlah, jika kalian memang mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah cinta kepada kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Allah Maha Pengampun dan Penyayang”. Qs Ali Imran: 31

Salah satu bukti cinta Nabi ialah menolongnya, membelanya dan menyampaikan sunnahnya. Firman Allah:

إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا، لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا [ الفتح/8-9]

“Sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai saksi, pemberi kabar gembira dan peringatan, agar kalian beriman kepada Allah dan rasul-Nya, menolong-Nya dan mengagungkan-Nya serta bertasbih kepada-Nya pagi dan petang”.Qs Al-Fath:8-9

Para sahabat –radhiyallahu anhum- merupakan teladan paling ideal dalam hal kecintaan dan pemuliaan kepada Nabi –shallallahu alaihi wa sallam-. Kemurnian cinta mereka kepada beliau demikian menyentuh relung hati, mendominasi kalbu dan perasaan batin mereka. Lalu mereka terjemahkan rasa cinta itu ke dalam tutur kata dan perbuatan nyata, berikut mereka rela mengorbankan segala yang bernilai tinggi demi cinta itu.

Ambil contoh Abu Thalhah Al-Anshari –radhiyallahu anhu- ketika perang Uhud menebarkan sarung tombaknya di hadapan Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- seraya berkata: “Ini wajahku kujadikan bumper pengaman wajahmu”.

Ketika Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- memeriksa pasukan untuk melihat apa yang mereka lakukan, tiba-tiba Abi Thalha lapor : “Wahai Rasulallah, ayah dan bundaku aku pertaruhkan, jangan sampai engkau terkena sasaran anak panah pasukan perang, leherku ini menjadi pengaman lehermu”.

Contoh lain, Abu Dujanah –radhiyallahu anhu- melindungi Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- dengan perisainya sehingga anak panah menancap pada punggungnya saat dirinya membungkuk sehingga punggunggnya penuh anak panah.

Demikian pula Zaid Bin Datsinah –radhiyallahu anhu-ketika dinaikkan ke atas tiang kayu untuk disalib, saat diajukan pertanyaan kepadanya, “Berterus-teranglah wahai Zaid, apakah engkau lebih suka Muhammad di tempat kami ini yang engkau saksikan sendiri kami akan pancung lehernya dari pada engkau merasa aman dalam keluargamu?.

Jawabnya, “Demi Tuhan yang jiwaku ada di tangan-Nya, aku tidak menginginkan Muhammad di tempatnya sekarang ini tertusuk oleh satu duri pun yang menyakitinya sementara aku duduk santai di tengah keluargaku”. Semoga shalawat, salam dan keberkahan tercurah kepada Nabi kita Muhammad –shallallahu alaihi wa sallam- dan semoga Allah meridhai seluruh sahabat beliau yang mulia.

Wahai hamba Allah! Contoh-contoh lainnya tentang biografi para generasi terdahulu cukup banyak. Kita berharap mudah-mudahan ada dari kalangan umat Islam sekarang ini contoh-contoh yang sejalan dengan itu. Semoga setiap muslim memiliki keteladanan yang cukup memadai dalam konteks tersebut.

Termasuk bukti cinta Rasul ialah memperbanyak menyebutnya dengan doa shalawat dan salam kepadanya. Sebab, orang yang mencintai sesuatu pasti sering menyebutnya. Hal itu diperintahkan oleh Allah dalam firman-Nya:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا [ الأحزاب / 56 ]

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman sampaikanlah doa shalawat dan salam kepadanya dengan sesungguhnya”.Qs Al-Ahzab:56

Diantara bukti cinta Rasul ialah berharap dapat melihat wajah beliau –shallallahu alaihi wa sallam- dan merindukan perjumpaan dengannya serta memohon kepada Allah agar mempertemukan dirinya dengannya dalam iman dan mengumpulkannya dengan kekasih-Nya dan nabi-Nya di tempat keabadian yang penuh rahmat.

Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya dari Abu Hurairah –radhiyallahu anhu- bahwa Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- bersabda :

” مِنْ أَشَدِّ أُمَّتِي لِي حُبًّا، نَاسٌ يَكُونُونَ بَعْدِي، يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ رَآنِي بِأَهْلِهِ وَمَالِهِ “

“Di antara umatku yang paling mendalam cintanya kepadaku ialah orang-orang yang hidup sesudah aku, salah seorang di antara mereka menginginkan berjumpa denganku bersama keluarganya dan harta bendanya”.

Termasuk bukti cinta Rasul ialah tidak bersikap ekstrem dalam mengikuti beliau. Sebab ekstremisme merupakan pelanggaran dan pemaksaan diri. Firman Allah:

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا [ الحشر/ 7 ]

“Apapun yang dibawa oleh Rasul, terimalah (lakukanlah), dan apapun yang dilarang olehnya, tinggalkanlah”.Qs Al-Hasyr:7

Diriwayatkan dari Umar Bin Alkhatab –radhiyallahu anhu- bahwa Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- bersabda :

” لاَ تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ “. رواه البخاري

 “Janganlah kalian mengultuskan aku seperti halnya kaum nasrani mengultuskan Isa putra Maryam. Aku hanyalah hamba Allah dan rasul-Nya”. HR Bukhari

Di antara bukti cinta Rasul ialah tekun membaca riwayat hidupnya untuk mengenalnya, sebab mencintainya mengandung konsekuensi keharusan mengenalnya, membaca sejarah perjalanan hidupnya untuk mengetahui sifat-sifat dan akhlaknya. Tidak mungkin terwujud kecintaan pada sesuatu yang tidak dikenal sama sekali, tidak mungkin ada upaya pembelaan dan melindungi sesuatu oleh seseorang yang tidak mengetahui dan mengenal hak-hak apa yang harus dibela dan dilindungi tersebut.    

Binatang dan benda mati sekalipun, ketika mengenal Rasul –shallallahu alaihi wa sallam- dapat memberikan keteladanan bagi kita untuk mencintai beliau. Pernah batang kurma merasa terharu dan rindu kepada beliau lalu menangis. Pernah ada sebuah batu memberi salam kepada beliau. Pernah gunung Uhud bergoyang untuk mengekspresikan rasa cinta dan penghargaannya kepada beliau. Pernah pula seekor Onta berebut (dengan sesamanya) untuk disembelih melalui tangan beliau. Sebagaimana pernah terjadi beliau menunjuk bulan, maka menjadi terbelah, kemudian menunjuk awan, maka terurailah awan itu. Semua itu terjadi atas izin Allah.

Ya Allah, jadikanlah beliau penenang mata kami. Tanamlah kecintaan kepadanya di dalam lubuk hati kami. Jadikanlah kecintaan kami kepadanya lebih besar dari pada kecintaan kami kepada diri kami dan keluarga kami. Bimbinglah kami untuk melakukan sesuatu dalam koridor cinta kepadanya wahai Tuhan semesta alam.

Aku sampaikan pesanku ini dengan memohon ampun kepada Allah …

 

*****

 

 

Khotbah Kedua

Segala puji bagi Allah atas kebaikan-Nya. Ungkapan syukur tertuju kepada-Nya atas bimbingan dan anugerah-Nya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya sebagai pengagungan terhadap urusan-Nya. Aku pun bersaksi bahwa Nabi kita Muhammad –shallallahu alaihi wa sallam- adalah hamba-Nya dan rasul-Nya yang mengajak ke jalan yang diridhai-Nya. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah sebanyak-banyaknya kepadanya beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.

Kaum muslimin sekalian!

Termasuk indikasi loyalitas dan kejujuran hati dalam mencintai Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- ialah mencintai pula apa saja yang dicintai oleh beliau. Sebab keselarasan batin seseorang dengan sang kekasih adalah bukti kejujuran cintanya kepada kekasihnya itu.

 Mencintai para istri Nabi – shallallahu alaihi wa sallam – dan mencintai para sahabat serta ahli bait beliau merupakan kewajiban dalam Islam yang terkait erat dengan cinta kepada Nabi sendiri, sekaligus merupakan hak yang tidak terpisahkan dari kewajiban meneladani beliau. Hal itu sebagai perwujudan dari tindakan dan ucapan beliau sendiri, yaitu: “Janganlah kalian mencaci maki para sahabatku”.

Kaum muslimin sekalian!

Cinta Rasul –shallallahu alaihi wa sallam- sangat erat kaitannya dengan cinta kepada Allah –subhanahu wa ta’ala- dan erat pula dengan wahyu dan syariat yang beliau sampaikan.

Sungguh Allah –subhanahu wa ta’ala- memuliakan kota Mekah yang dipilih-Nya dan disebut dalam sumpah-Nya. Firman Allah :

لَا أُقْسِمُ بِهَذَا الْبَلَدِ [ البلد/1]

“Aku bersumpah dengan negeri ini”.Qs Albalad :1

Allah memuliakannya dan menjadikannya sebagai area tempat turunnya wahyu sekaligus Kiblat bagi umat Islam, tempat ibadah haji mereka dan tumpuan hati mereka.

Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- mencintai kota Mekah dan tidak bisa menyembunyikan rasa cintanya itu dalam hati, bahkan beliau mengekspresikannya langsung. Tidak cukup sampai di situ, bahkan beliau pun bersumpah dan meneguhkan ucapannya. Beliau tidak mampu menahan perasaannya sehingga air mata beliau bercucuran, lalu beliau ungkapkan perasaan itu sementara air mata beliau terus berderai :

” وَاللهِ إنَّكَ لَأحَبُّ الْبِقَاعِ إلَيَّ وَلَوْلَا أنِّي أخْرِجْتُ مِنْكِ مَا خَرَجْتُ “

“Demi Allah, sungguh engkau (wahai Mekah) tentu merupakan bumi yang paling aku cintai. Andaikan bukan karena aku dikeluarkan darimu, tentu aku tidak akan keluar”.

Maka sudah sepantasnya kaum muslimin seluruhnya mengetahui kedudukan dan kemuliaan kota Mekah, dan seharusnya mereka bersatu padu menghadapi pihak yang hendak mengganggu kota Mekah. Namun yakinlah bahwa Baitullah itu ada Pemilik yang melindunginya.

Sudah selayaknya kaum muslimin bangkit dan tergerak emosi mereka, hendaklah mereka spontan melompat ketika ada pihak yang mencoba merusak batas-batas kehormatannya dan menghalalkan pelarangannya serta melanggar kesuciannya.

Kaum muslimin sekalian!

Allah –subhanahu wa ta’ala- menetapkan kesucian kota Mekah secara permanen dan abadi. Allah –subhanahu wa ta’ala- melalui teks suci Al-Qur’an, menyatakan betapa besarnya tindak kejahatan orang yang menyerangnya. Firman Allah :

“إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ الَّذِي جَعَلْنَاهُ لِلنَّاسِ سَوَاءً الْعَاكِفُ فِيهِ وَالْبَادِ وَمَنْ يُرِدْ فِيهِ بِإِلْحَادٍ بِظُلْمٍ نُذِقْهُ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ ” [الحج/ 25 ]

 

“Sesungguhnya orang-orang kafir dan menghalang-halangi (manusia) darijalan Allah dan Masjidil Haram yang telah Kami jadikan terbuka untuk semua manusia; yaitu orang yang menetap di sana dan pendatang dari luar. Barangsiapa yang bermaksud melakukan menyimpangan di dalamnya secara zalim, pasti Kami akan cicipkan kepadanya sebagian dari siksa yang pedih”.Qs Alhaj : 25

Inilah spesialisasi kota suci Mekah, di mana seseorang pasti terhukum atas maksud jahatnya yang tersimpan dalam hati jika baru merencanakan, meskipun belum melakukan.

Ibnu Mas’ud –radhiyallahu anhu- berkata : “Tidak ada seseorang yang bermaksud melakukan kejahatan lalu dicatat sebagai tindak kejahatan. Namun seandainya ada seseorang di Adan atau Abyan berencana membunuh seseorang di Baitullah (Ka’bah), pastilah Allah akan menghukumnya dengan siksa yang pedih”.

Penyimpangan yang dimaksud dalam ayat bersifat umum meliputi segenap orang yang melakukan perbuatan zalim yang menyimpang dari kebenaran. Itulah sebabnya, maka pasukan bergajah ketika berencana hendak merobohkan Ka’bah, maka Allah mengirimkan kawanan burung untuk melempar mereka dengan batu panas dari sijil, sehingga membuat mereka hancur bagaikan dedaunan yang dimakan ulat.

Disebutkan pula dalam Shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim) dari hadis Aisyah –radhiyallahu anha- bahwa Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- bersabda :

” يَغْزُو جَيْشٌ الكَعْبَةَ، فَإِذَا كَانُوا بِبَيْدَاءَ مِنَ الأَرْضِ، يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ “

“Ada satu regu tentara hendak menyerang Ka’bah, tiba-tiba mereka di suatu gurun terperosok ke dalam bumi mulai dari bagian depan sampai belakang”.

Dari Abi Hurairah –radhiyallahu anhu- bahwa pada tahun penaklukan kota Mekah, Bani Khuza’ah membunuh seorang lelaki dari Bani Laits sebagai balasan atas seorang korban milik mereka yang dibunuhnya pada era Jahiliyah. Maka Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- bangkit seraya berkata :

” إِنَّ اللَّهَ حَبَسَ عَنْ مَكَّةَ الفِيلَ، وَسَلَّطَ عَلَيْهِمْ رَسُولَهُ وَالمُؤْمِنِينَ، أَلاَ وَإِنَّهَا لَمْ تَحِلَّ لِأَحَدٍ قَبْلِي، وَلاَ تَحِلُّ لِأَحَدٍ بَعْدِي، أَلاَ وَإِنَّمَا أُحِلَّتْ لِي سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ، أَلاَ وَإِنَّهَا سَاعَتِي هَذِهِ حَرَامٌ، لاَ يُخْتَلَى شَوْكُهَا، وَلاَ يُعْضَدُ شَجَرُهَا، وَلاَ يَلْتَقِطُ سَاقِطَتَهَا إِلَّا مُنْشِدٌ ” متفق عليه

“Sesungguhnya Allah telah menahan pasukan bergajah untuk menyerang Mekah, dan Allah memberikan kekuasaan kepada rasul-Nya dan kaum muslimin atas mereka. Ingatlah bahwa kota Mekah tidak halal bagi seorang pun(untuk mengganggunya) sebelum aku, dan tidak halal pula bagi seorang pun sesudah aku. Ingatlah, sungguh kota Mekah dihalalkan bagiku sesaat di siang hari. Ingatlah kota Mekah pada saat ini adalah haram (dimuliakan); durinya tidak boleh dicabut, pepohonannya tidak boleh ditebang dan barang temuannya tidak boleh dipungut, kecuali bagi yang hendak mengumumkan”. Muttafaq alaihi.

Maka wahai hamba Allah !

Kita tidak bertanggung jawab sebagai bentuk kutukan, laknat dan sumpah serapah terhadap segala percobaan dan penyerangan frustrasi terhadap induk segala negeri, Mekah, kota kesayangan Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam-.

Semoga Allah menjaganya dari serangan penyerang yang gegabah, pengkhianat yang jahat, setan yang terkutuk, pembandel yang tidak jelas kiprahnya, mereka hanyalah mengintai kesempatan untuk menghancurkan Islam. Semoga Allah membalikkan tipu muslihat mereka mengena diri mereka sendiri, memutus tindak lanjutnya dan menjadikan perbuatan mereka sebagai pelajaran bagi orang lain.

Ya Allah lindungilah negeri ini dengan perlindungan-Mu. Jagalah negeri ini dengan penjagaan-Mu. Ya Allah, siapapun orangnya yang hendak melakukan makar terhadap negeri ini, sibukkanlah dengan urusan dirinya sendiri. Jadikanlah rencana jahatnya sebagai bumerang bagi dirinya. Jadikanlah persekongkolannya menghancurkan dirinya sendiri, wahai Tuhan Yang Maha Kuat dan Perkasa.

Ya Allah, muliakanlah Islam dan kaum muslimin …  

==== Doa Penutup ====

Logo

Artikel asli: https://firanda.com/1653-mencintai-rasulullah-shallallahu-alaihi-wasallam.html